El muhsin festival day
Pada pertengahan tahun 2011 menjadi
tahun pergantian pengurus oraganisasi
pondok pesantren kami yaitu Imarotusy Syuunith Tholabah (IST) atau yang
sering disebut Islamic Student
Organization (ISO). Organisasi di pondok pesantren kami ini setara
dengan OSIS, pada sekolah berbasis formal. Oragnisasi kami terdiri dari 10 qism atau divisi yaitu: keamanan, takmir, kebersihan, konsumsi dapur,
penerima tamu, kesehatan, perpustakaan, koperasi, kesenian dan olahraga dan
bahasa . Dari 10 divisi tersebut sudah ada pembagian tugas masing-masing dengan
berbagai program kerja yang bervariasi, proker baru dari sekretaris adalah
membuat majalah tentang remaja yang islami dengan tema (al qonitaat) majalah ini dikhususkan untuk para santriwati, divisi
keamanan menjaga keamanan pesantren dengan mengadakan haritsah (ronda) bagi
anggota IST, divisi bahasa mengatur penggunaan bahasa Inggris-Arab-Indonesia
dan mengadakan story telling atau
drama untuk santriwati, divisi penerima tamu bertugas layaknya receptionis di hotel,berjaga diruang
tamu ketika siang hingga menjelang sore. Pada waktu itu divisi kesenian dan
olahraga memiliki program kerja pentas seni , akan tetapi mereka kesulitan
sekali mencari dana, karena dana yang turun dari yayasan tidak sebanding dengan
perkiraan biaya acara, perkiraan acara itu kala itu mencapai 10jt sedangkan
anggaran dana yang turun adalah 4 juta rupiah. Acara dari divisi kesenian dan
olahraga ini tidak hanya pentas seni saja akan tetapi santunan bagi anak yatim dan
piatu juga, maka dari itu acara ini membutuhkan dana yang cukup besar. Kala itu
ketua IST mengumpulkan kami untuk merundingkan tentang dana acara tersebut
karna yang pertama mengingat kembali surat (Al-Baqarah ayat : 83) yang berbunyi
“Allah telah berfirman dalam kitab-Nya, artinya, “Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.” Alasan yang kedua karena kami menjalankan
program kerja kami yaitu acara pensi ini dan santunan anak yatim.
Pada saat itu ketua IST memberi solusi yaitu dengan cara pulang ke
daerah masing-masing kemudian keliling setiap rumah warga meminta dana
se-ikhlasnya dengan membawa surat keterangan yang ditandatangani kepala pesantren,namun
ketika itu terjadilah perdebatan sengit antara divisi keamanan dan divisi
kesenian karena divisi keamanan enggan berurusan dengan ustadzah bagian perizinan
untuk mengizinkan pencari dana pulang ke daerah masing-masing. Ketika itu saya
mencoba bernegosiasi dengan divisi keamanan “kalau siang ini kita pulang, besok
sore harus sudah ada di pesantren? Bagaimana divisi keamanan? Setuju? Lagi pula
tidak semua pengurus IST pulang semua kan?” kemudian divisi keamanan menyetujui
argumen saya. Setelah divisi keamanan berunding dengan ustadzah keamanan,
ustadzah tersebut juga menyetujui hal tersebut dengan konsekuensi apabila
terlambat datang ke asrama tanpa izin syar’i akan diberikan punishment
yaitu tidak keluar pada jum’at putri. Kemudian saya dan teman yang satu daerah berangkat
pulang ke daerah kami, karena kami berdua tidak mendapatkan bus yang menuju ke
kampung halaman, kami putuskan untuk meminjam motor sepupu saya. Perjalanan
dari pesantren dengan rumah saya kurang lebih 2 jam 35menit, jika mengendarai motor.
Kemudian esok hari saya dan teman saya berkeliling dari satu rumah ke rumah
lainnya untuk mencari dana, dengan bermodalkan niat dan tekad. Alhamdulillah
saya dan teman saya berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp.1,850.000. Pada sore
hari, ketika saya hendak pulang ke pesantren, tak disangka hujan turun lebat
sekali hingga orangtua saya dan teman saya melarang kami untuk pulang ke
pesantren, karena orangtua kami khawatir akan akses jalan yang berlubang. Lalu
orangtua kami menghubingi kepala pesantren untuk mohon izin, dan kepala
pesantren pun mengizinkan kami. Keesokan harinya kami pulang ke asrama pukul
09.00 WIB, kami tiba di rumah sepupu saya pukul 11.15 WIB, karena tidak ada
kendaraan menuju pesantren, kami memutuskan untuk jalan kaki dengan menempuh
jarak 4 KM. Sesampainya di pesantren
kami menjumlahkan semua hasil kami mencari dana. Setelah dihitung dan di
gabungkan semua hasilnya adalah Rp.11,350.000. ketika itu deadline acara kami
adalah H-9, kami segera mengonsep acara kami dan membentuk panitia kilat.
Tibalah saat hari H acara. Alhamdulillah acara kami berjalan lancar dan
mengesankan bagi santriwati dan kepala pesantren kami bangga dengan hasil kerja
keras kami selama ini.
Komentar
Posting Komentar